Tweet |
Pria itu buruk rupa.
Mukanya sangar. Bentuk tubuh tak karuan. Seperti raksasa. Orang Jawa
menyebutnya lebih mirip buto. Pokoknya menakutkan.
Perangai tak kalah horor.
Tempramen dan semena-mena. Dia serakah. Haus kekuasaan dan doyan wanita. Darah
di tubuhnya hitam kelam. Protagonis. Kejam.
Dialah Minak Jingga.
Istrinya dua. Wahita dan Puyengan. Dayun adalah pembantunya. Gada besi kuning
tak lepas dari tangannya. Dia Adipati zaman Majapahit. Tahtanya di ujung timur
Jawa. Tlatah Blambangan. Itu kisah.
Sosok Minak Jingga memang
misterius. Menjadi plot utama sejarah Blambangan. Disampaikan lewat babad dan
seni drama. Versi juga beraneka. Mengental ratusan tahun di benak rakyat Jawa.
Hingga zaman ini. Belum ada bukti ilmiah.
Alkisah Minak Jingga
membangkang. Dia ingin menikahi Ratu Majapahit. Kencana Wungu alias Dewi
Suhita. Namun ditolak. Majapahit mengirim Damar Wulan. Kesatria tampan.
Minak Jingga terkenal sakti
mandraguna. Tak bisa kalah selama memegang gada besi kuning. Senjata
andalannya. Kesatria Majapahit punya cara. Dia pikat Wahita dan Puyengan dengan
paras tampan. Singkat cerita, beralihlah gada besi kuning ke tangannya. Dicuri.
Melalui dua putri yang dimabuk cinta.
Pergumulan terjadi. Senjata
andalan Minak Jingga ada di tangan Damar Wulan. Singkat cerita, Minak Jingga
tersungkur. Kalah. Kepala dipenggal. Sebagai persembahan Rani Suhita. Itu semua
juga cerita. Dalam Serat Damar Wulan.
Babad Blambangan juga punya
cerita. Sama soal Minak Jingga. Bermula dari Pamengger. Nama aslinya Ajar
Gunturgeni. Petapa dari Tengger. Dia mengalahkan musuh Majapahit. Sebab itu
diberi tanah di Blambangan. Ketika itu oleh Raja Brawijaya.
Pamengger tak punya anak.
Tak ada yang meneruskan tahta. Dia hanya punya seekor anjing. Diubah lah
binatang itu jadi manusia untuk meneruskan tahta. Namun tak sempurna. Wajahnya
masih bersosok anjing. Makhluk itu disebut Minak Jingga. Cerita berikutnya
sama. Minak Jingga memberontak.
Perang Paregreg. Ini juga
catatan. Namun lebih historis. Ceritanya soal perseteruan Blambangan dan
Majapahit. Bhre Wirabumi melawan Wikramawardhana. Benang merahnya sama dengan
epik yang ada. Blambangan melawan penguasa Majapahit. Ujungnya, Blambangan
kalah. Majapahit tetap berkuasa.
Kitab Pararaton dan Negara
Kertagama mencatat soal ini. Pararaton bercerita, Bhre Wirabumi adalah putra
Hayam Wuruk dari selir. Menjadi anak angkat Bhre Daha istri Wijayarajasa.
Rajadewi. Bhre Wirabumi menikah dengan Bhre Lasem sang Alemu. Putri Bhre Pajang
atau adik Hayam Wuruk.
Kitab Negara Kertagama
mencatat Bhre Wirabhumi lahir dari selir Hayam Wuruk. Diangkat sebagai anak
oleh Rajadewi (bibi Hayam Wuruk). Dia dinikahkan dengan Nagarawardhani, cucu
Rajadewi.
Pararaton bercerita.
Majapahit merangsek ke timur. Kala itu masa Kalagemet alias Jayanagara
berkuasa. Sekitar 1309-1328. Blambangan dikuasai. Tahun 1359-1389 Hayam Wuruk
berkuasa. Saat itu, Blambangan diserahkan ke anaknya. Bhre Wirabumi.
Hayam Wuruk mangkat. Sepupu
sekaligus menantu laki-lakinya, Wikramawardhana naik tahta. Sepuluh tahun
berkuasa, putra pewaris tahta meninggal. Dia mundur. Jadi pertapa. Singgasana
jatuh ke Suhita. Putri Wikramawardhana yang tersisa.
Bhre Wirabumi menolak. Dia
berniat ke luar dari Majapahit. Blambangan ingin merdeka. Pecahlah perang
Paregreg. Tahun 1404-1406. Bhre Wirabumi tewas. Kepala dipenggal. Jadi
persembahan bagi Ratu Suhita. Mirip nasib Minak Jingga.
Minak Jingga, Pamengker,
Bhre Wirabumi, ceritanya hampir sama. Tiga cerita itu seperti merujuk tokoh
yang sama. Namun yang terakhir lebih historis.
wah mantap infonya.. sumbernya dari mane gan ..?
ReplyDeleteJos, menarik dan bermanfaat
ReplyDelete